RADIOMESRA.COM – Di antara miskinnya prestasi, masih terselip satu hal yang dapat dibanggakan dari sepak bola Indonesia. Apa itu?
Tak lain adalah militansi dari para suporter dalam mendukung kesebelasan kesayangannya. Dari penilaian AFC pada medio 2009-2012, Indonesia Super League (ISL) bahkan sempat menempati tiga besar di Asia dalam urusan rata-rata kehadiran penonton per pertandingan.
Hal itu lantas menular ketika Tim Nasional (Timnas) Indonesia bertanding. Sudah cukup lama Indonesia terkenal dengan fanatisme suporternya. Setiap skuat “Garuda” berlaga, sudah dipastikan ribuan suporter bakal berada di belakangnya.
Kini, kondisi serupa mulai menjalar ke negara Asia Tenggara lainnya, salah satunya adalah Malaysia. Belum begitu lama memang fenomena militansi suporter di Negeri Jiran itu. Akan tetapi, semakin ke sini semakin kentara.
Pemandangan itu jelas terlihat dalam partai semifinal SEA Games 2017 ketika Malaysia U-22 berhadapan dengan Timnas U-22 di Stadion Shah Alam, Selangor pada Sabtu (26/8/2017) lalu.
kumparan (kumparan.com) menjadi saksi betapa militannya suporter Malaysia itu. Mereka menamakan dirinya sebagai Ultras Malaya.
Ciri khasnya berpakaian serba hitam dengan membawa syal kuning. Mereka juga memiliki tempat khusus yakni di tribun utara atau selatan–tepatnya di belakang gawang.
Sepanjang 90 menit, mereka tak henti bernyanyi. Memberi dukungan bagi skuat asuhan Ong Kim Swee sekaligus meneror penggawa “Garuda Muda”. Koreografi yang mereka lakukan juga cukup menarik, dengan beberapa gerakan menyerupai apa yang diperlihatkan suporter di Indonesia.
kumparan pun sempat mencoba masuk ke tribun Ultras Malaya. Akan tetapi, ketika hendak mengambil foto dan video, salah seorang koordinator langsung melarangnya.
Ketika kumparan mengonfirmasi kepada salah satu koordinator Ultras Malaya, pihaknya memang tak mengizinkan siapapun untuk mengambil foto atau video terkait aksinya.
“Kalau setelah match baru boleh,” ujar Nazrool (24), salah satu koordinator.
Dia tak menjelaskan secara detail alasannya. Hanya mengatakan ingin fokus memberikan dukungan kepada Timnas Malaysia tanpa gangguan dari pihak luar.
“Setiap pertandingan (kandang) ada sekitar 10.000-20.000 orang yang bergabung. Mereka anggota yang terdaftar resmi dan berasal dari setiap negeri di Malaysia,” ucapnya.
Nazrool pun mengaku telah berkeliling Asia Tenggara untuk mendukung kesebelasan Malaysia. Bersama rekan-rekannya, ia pernah menjejakkan kaki di Thailand, Singapura, Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Laos.
Meski demikian, seperti layaknya suporter garis keras lainnya, nama Ultras Malaya juga sempat tercoreng. Di perhelatan Piala AFF 2012, mereka pernah menghina Indonesia dengan nyanyian “Indonesia itu Anj***”. Videonya lantas menjadi viral belakangan ini. Ketika itu, suporter Indonesia juga sempat dipukuli di luar stadion.
Terbaru, suporter Myanmar babak belur setelah dihajar oleh orang yang diduga bagian dari Ultras Malaya saat Malaysia bertemu Myanmar di babak penyisihan SEA Games 2017.
Namun, Nazrool menolak jika pengeroyokan suporter Myanmar serta aksi kekerasan lainnya dilakukan oleh pihaknya. Menurutnya, itu tak lebih dari perbuatan oknum suporter Malaysia yang hendak menjelekkan nama Ultras Malaya.
“Dengan Indonesia pun kami tak pernah ada masalah. Kami hanya mendukung tim kami. Tak ada persoalan sama sekali,” tegasnya.
Kendati demikian, suporter Malaysia juga pernah menerima perlakukan buruk ketika mendukung timnya di Jakarta. Itu terjadi ketika Piala AFF 2010 saat Timnas Indonesia bertemu Malaysia di laga perdana penyisihan grup.
Ketika itu, segelintir suporter Malaysia diketahui mengibarkan bendera negaranya di tribun utara. Hal itu sontak memancing kemarahan suporter Indonesia yang lantas mengusirnya keluar stadion.
Hingga detik ini, Ultras Malaya belum juga menginjakkan kaki di Jakarta. Sindiran hanya berani di kandang pun mengalir deras dari suporter Indonesia. Nazrool pun berkelit ketika disinggung kapan akan mendukung “Harimau Malaya” ketika berlaga di Indonesia.
Jadi, kapan away ke Indonesia, Ultras Malaya?