Radio Perekat NKRI, Satu Suara Berjuta Telinga
RADIOMESRA.COM – Selama beberapa tahun terakhir, ibadah puasa di bulan suci Ramadan dijalani umat Islam di Indonesia pada musim kemarau. Sengatan matahari tentu menjadi godaan terberat untuk menahan dahaga. Hal serupa juga dirasakan warga negara Indonesia (WNI) bernama Diana Hapsari di Gifu, Jepang.
Sejak tiba di Jepang pada 2011, perempuan asal Purworejo, Jawa Tengah, itu selalu menjalani ibadah puasa pada musim panas. Temperatur tinggi bahkan sempat membuatnya hampir pingsan karena mengalami dehidrasi.
“Temperatur tinggi saat musim panas yang pernah mencapai hampir 37 derajat celcius pernah bikin hampir pingsan karena dehidrasi,” ucapnya beberapa waktu lalu.
Kesulitan lain yang dihadapinya adalah jarak yang cukup dekat antara waktu melaksanakan ibadah salat tarawih dan imsak sebagai penanda awal berpuasa. Karena itu, Diana mengaku waktu tidurnya sangat kurang selama bulan suci Ramadan.
“Saat di Jepang, kita berbuka sekira pukul 19.00, sehingga waktu tarawih sekira pukul 21.00 ke atas. Baru pulang tarawih sampai pukul 22.00–23.00. Sedangkan belum sampai pukul 03.00 sudah imsak. Dan aktivitas kampus/kerja akan selalu dimulai pukul 08.50,” terang lulusan Universitas Negeri Surakarta itu.
Masyarakat Jepang dikenal sangat menghargai waktu sehingga semua harus dilakukan tepat dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Demi mengejar waktu, tidak jarang Diana harus berangkat lebih awal sehingga waktu untuk tidurnya berkurang.
Sudah waktu tidurnya kurang, pihak kampus atau tempat kerja bahkan tidak memberi kelonggaran seperti halnya di Indonesia. Semua tetap dilakukan seperti hari kerja biasa tanpa ada dispensasi waktu untuk pulang lebih cepat.
“Tidak diberlakukan dispensasi seperti pulang cepat, penundaan survei dll., jadi tetap saja seperti biasa. Bahkan saya pernah harus survei ke gunung saat puasa, atau pernah harus pergi empat hari menyusuri sungai dengan tim penelitian,” tukasnya.
(Okezone.com)